Kerangka Acuan COVID-19: Cerita Jurnalis dari Lapangan
28 Jul 2020 7.00 PM - 28 Jul 2020 8.30 PM
Zoom CSIS
Kerangka Acuan
COVID-19: Cerita Jurnalis dari Lapangan
Sedikitnya 96 wartawan dan pekerja media elektronik dinyatakan positif
COVID-19. Sebagian besar dari jumlah tersebut adalah wartawan dari
Jakarta dan Surabaya—bukan kebetulan jika kedua daerah tersebut juga
yang menjadi episentrum pandemi nasional.
Contoh di atas hanya salah satu risiko yang dihadapi oleh jurnalis di masa
pandemi. COVID-19 mengakibatkan disrupsi di segala bidang, tidak
terkecuali jurnalisme dan industri media. Di saat yang sama, publik
memerlukan good journalism lebih dari sebelumnya, di tengah distorsi dan
tidak transparannya informasi mengenai pandemi.
Tantangan pertama adalah mobilitas dan keselamatan. Lanskap ruang
media berubah drastis. Di awal pecahnya wabah, jurnalis dan redaksi
beralih melakukan reportase jarak jauh (remote reporting). Ketika investigasi
lapangan diperlukan, para jurnalis menghadapi risiko penularan COVID-19,
terutama saat melakukan pelaporan dari rumah sakit maupun zona merah.
Tantangan kedua, dengungan dan kebisingan di ruang siber. Berita pandemi
yang objektif kerap tidak tersampaikan ke publik, yang pandangannya
dikaburkan oleh hoaks dan cuitan pengguna media sosial dari berbagai arah
dan perspektif. Dalam kasus tertentu, bahkan produk jurnalisme
foto/investigatif yang baik boleh jadi dipelintir untuk mempromosikan opini
pihak tertentu.
Tantangan ketiga terkait dengan data dan informasi. Data mengenai COVID-
19 di Indonesia terkesan berlimpah, namun sebetulnya terserak dan minim
transparansi. Keterbukaan pemerintah dalam merilis informasi dan jumlah
pasien positif pun disangsikan.
Tantangan keempat ada pada keberlangsungan industri media. COVID-19
berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi. Konsekuensinya, aktivitas
periklanan menurun. Iklan menjadi sumber pemasukan dengan porsi besar
bagi industri media. Untuk menyesuaikan keadaan, beberapa media
elektronik dan cetak merampingkan jumlah wartawan—yang turut
berdampak pada kesejahteraan profesi jurnalis.
Baru-baru ini, pemerintah memastikan pemberian insentif bagi industri
media, di antaranya penghapusan pajak kertas koran dan penghasilan,
penangguhan beban listrik, dan pengalihan anggaran iklan untuk media
lokal. Namun, masih perlu ditinjau seberapa besar dan seberapa jauh
insentif tersebut dapat membantu industri media dan jurnalis bertahan di
tengah ketidakpastian.
Pada akhirnya, beragam tantangan yang dihadapi oleh jurnalis, redaksi, dan
media tersebut melahirkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan, seperti:
1. Mobilitas dan keselamatan
a. Bagaimana praktik jurnalisme dilakukan di saat pemerintah
menggaungkan penerapan adaptasi kebiasaan baru?
b. Bagaimana mempertahan ketepatan, ketajaman, dan
relevansi berita saat para jurnalis hanya bisa melakukan
reportase jarak jauh?
c. Bagaimana pemerintah dan perusahaan media dapat
menjamin keselamatan jurnalis ketika terjun ke lapangan di
masa COVID-19?
2. Kebisingan ruang siber
a. Bagaimana jurnalis dapat membantu memvaksinasi publik
terhadap infodemi, misinformasi, dan disinformasi?
b. Apa yang bisa jurnalis lakukan di media sosial dalam
menghadapi polarisasi pendapat publik oleh pendengung
(buzzer)?
3. Data dan informasi
a. Bagaimana jurnalis memverifikasi data terkait pelaporan
kasus COVID-19?
b. Apa saja tantangan jurnalis dalam memperoleh data,
menganalisis data, dan membuat narasi berdasarkan data?
4. Keberlangsungan industri media
a. Disrupsi apa saja yang dirasakan industri media di masa
COVID-19?
b. Bagaimana industri media menyesuaikan strategi
keberlangsungan secara tepat untuk merespons disrupsi
tersebut?
c. Bagaimana telah COVID-19 mempengaruhi periklanan dan
mengubah model bisnis media?
d. Dalam penulisan hard news, terutama mengenai COVID-19,
bagaimana media mengambil keputusan mengenai kanal
penayangan? (daring vs cetak)
e. Bagaimana COVID-19 mempengaruhi laju transisi media
tradisional ke media baru/digital?
Forum diskusi webinar akan dilaksanakan pada:
Hari & Tanggal : Selasa, 28 Juli 2020
Jam : 19.00-20.30 (WIB)
Pembicara :
1. Nezar Patria, Jakarta Post
2. Ahmad Arif, Kompas
3. Joshua Irwandi, Nat Geo Indonesia
4. Jasmine Annisa Rachmadi, TV One
Moderator :
Beltsazar Krisetya, Departemen Politik dan Perubahan Sosial,
CSIS Indonesia
File: TOR___COVID_19_dan_Jurnalisme.pdf
Download: 121x
Size: 235.81 kB
Genre :