Jakarta, 30 Oktober 2025 – CSIS Indonesia menyelenggarakan Diskusi Ahli bertajuk “Pemanfaatan Rapor Pendidikan sebagai Instrumen Monitoring Mutu Pendidikan Dasar dalam Kerangka RUU Sisdiknas.” Diskusi ini membahas bagaimana Rapor Pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai instrumen reflektif dan berbasis bukti (evidence-based) untuk memantau sekaligus meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Sorotan Utama
Dalam sambutan pembuka, Yose Rizal Damuri, Direktur Eksekutif CSIS Indonesia, menekankan pentingnya pendidikan sebagai fondasi kemajuan bangsa. Ia berharap diskusi ini menjadi sarana kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk melahirkan rekomendasi kebijakan dan strategi peningkatan mutu pendidikan dasar.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, diwakili oleh Nandana Aditya Bhaswara menjelaskan bahwa Rapor Pendidikan merupakan hasil asesmen nasional yang meliputi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Lingkungan Belajar, dan Survei Karakter. Ketiganya menjadi dasar bagi sekolah dalam merefleksikan capaian serta merumuskan langkah perbaikan. Ia menegaskan pentingnya kebijakan pendidikan berbasis data dan kolaborasi lintas sektor demi terwujudnya pendidikan yang inklusif dan merata.
Paparan Penelitian
Medelina K. Hendytio, Wakil Direktur Eksekutif CSIS, memaparkan hasil penelitian pemetaan pendidikan di 40 kabupaten/kota di Indonesia. Penelitian ini menyoroti tantangan dalam hal kualitas, akses, dan inklusivitas pendidikan, termasuk lemahnya partisipasi di jenjang PAUD dan SMA. Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat literasi siswa lebih tinggi dibanding numerasi, sementara akreditasi PAUD masih berada pada kategori sedang. Ia menegaskan bahwa Rapor Pendidikan seharusnya dipahami bukan sebagai alat penilaian individu, melainkan sebagai instrumen pelayanan publik untuk memperbaiki mutu pendidikan secara menyeluruh.
Perspektif Pemerintah Daerah dan Akademisi
Joko Arwanto dari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta menyoroti bagaimana Rapor Pendidikan membantu pemerintah daerah memantau mutu layanan pendidikan melalui data yang lebih transparan. DKI Jakarta, katanya, tengah mengembangkan sistem pelatihan guru berbasis kebutuhan melalui JakLat (Jakarta Latihan) sebagai tindak lanjut dari hasil asesmen.
Sementara itu, R. Alpha Amirachman menilai Rapor Pendidikan sebagai terobosan penting yang memperkuat akuntabilitas publik dan sinkronisasi dengan standar nasional. Ia menyoroti perlunya peningkatan kapasitas daerah, infrastruktur digital, dan literasi publik agar implementasi rapor berjalan lebih efektif.
Nisa Felicia menekankan pentingnya membangun literasi data dan budaya kepercayaan dalam dunia pendidikan. Menurutnya, data pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai alat ukur, melainkan juga sarana pembelajaran bagi guru dan
sekolah. Ia juga menegaskan agar kebijakan pusat tidak terlalu mengintervensi proses pembelajaran di tingkat daerah.
Isu dan Pandangan Lain
Odemus Bei Witono, S.J. mengusulkan perubahan paradigma dari standar “minimal” menjadi “optimal” dalam RUU Sisdiknas guna mendorong peningkatan kinerja pendidikan. Ia menekankan pentingnya sinergi antarpemangku kepentingan serta fleksibilitas dalam alokasi dana pendidikan.
Dalam sesi dialog, sejumlah pihak seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), dan Yayasan Cahaya Guru menyoroti pentingnya keterbukaan data, pengurangan beban administratif guru, serta penguatan integritas sistem pendidikan nasional. Perwakilan Guru Belajar Foundation menambahkan bahwa interpretasi data perlu diarahkan untuk mengidentifikasi praktik baik di sekolah, bukan semata-mata menyoroti kekurangan.
Diskusi juga menyinggung isu penurunan karakter siswa, ketimpangan antar sekolah agama dan umum, serta usulan penerapan school choice berbasis transparansi agar masyarakat dapat mengambil keputusan pendidikan secara lebih objektif.
Penutup
Perwakilan Kementerian Pendidikan menyampaikan bahwa penguatan Rapor Pendidikan akan terus dilakukan agar lebih kontekstual dan reflektif terhadap kondisi sekolah. “Improvement terhadap rapor sangat berharga bagi kami,” ujarnya dalam sesi akhir diskusi.
Menutup kegiatan, Medelina K. Hendytio menyampaikan pesan, “Jangan lelah mencintai pendidikan Indonesia. Peningkatan mutu dan pelayanan pendidikan adalah tanggung jawab bersama.”
