“Bang!” teriak seorang pemuda berjaket hijau seraya melambaikan tangannya ke arah kawan saya. Kami yang baru sebentar beranjak dari seberang Istana Merdeka menoleh ke pemuda tersebut. Ternyata pengemudi ojek online tersebut datang untuk menjemput kawan saya pulang dari lokasi Aksi Kamisan. Tawaran itu dilayangkan setelah ia melihat unggahan kawan saya di media sosial terkait keikutsertaanya dalam aksi besar gelombang demonstrasi penolakan pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Jakarta, dan juga kota-kota besar lainnya. Pemuda yang kami jumpai itu tidak sendiri. Mereka yang lemah punya cara sendiri-sendiri berpartisipasi dalam perlawanan di tengah keterbatasan.