Membangun kemampuan digital yang berdaya saing dan inklusif di daerah merupakan salah satu kunci untuk membangun ketahanan ekonomi nasional pascapandemi COVID-19 (ADB 2022; Damuri et al. 2022). Pada 2019, kontribusi pekerja dengan keterampilan digital diperkirakan sekitar USD 62,1 miliar atau 6% dari PDB dan diperkirakan akan terus meningkat hingga USD 303,4 miliar pada 2030 (Damuri et al. 2022). Populasi Indonesia mencapai lebih dari 270 juta jiwa pada tahun 2022, dan Bank Dunia mencatat bahwa penggunaan internet di Indonesia mencapai 62% populasi pada 2021 (Bank Dunia 2023). Oleh sebab itu, transformasi digital diharapkan dapat memberikan tambahan daya ungkit pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dituangkan dalam salah satu arah tujuan pembangunan dalam RPJPN 2025-2045 guna mencapai Visi Indonesia Emas 2045.
Peningkatan keterampilan digital agar ekonomi digital lebih produktif juga dijelaskan dalam beberapa dokumen dan peta jalan ekonomi digital. Dalam Buku Putih Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital 2030, misalnya, disebutkan pentingnya program pendidikan dan pelatihan digital inklusif untuk mempersiapkan tenaga kerja dengan keterampilan masa depan untuk sektor TIK (teknologi, informasi, dan komunikasi). Selain itu, Visi Indonesia Digital 2045 juga merumuskan pembentukan masyarakat digital yang berbudaya, berdaya saing, produktif dalam menghadapi tantangan masa depan sebagai salah satu strategi imperatif. Persiapan terkait daya saing talenta digital juga harus dipercepat untuk menangkap peluang pasar ekonomi digital ASEAN yang memiliki potensi hingga 2 triliun USD dengan adanya ASEAN Digital Economic Framework Agreement (DEFA) yang negosiasinya dimulai pada Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023.
Pemerintah menargetkan 30 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) go digital di 2024 (KemenkopUKM 2022). Namun demikian, Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2023 yang dikeluarkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo 2024) menunjukkan bahwa upaya digitalisasi di Indonesia masih belum merata dan cenderung menunjukkan pemanfaatan produktif teknologi digital yang rendah bahkan di daerah-daerah dengan infrastruktur dan keterampilan digital yang telah baik. Pembangunan infrastruktur serta keterampilan digital antarwilayah dan kelompok masyarakat masih belum merata dan memang merupakan target pembangunan berjangka panjang (Ibid.).